Selasa, 25 Februari 2014

Puisi tentang kesedihan

Kabut

22 Februari 2014 pukul 19:55
oleh : amilia buana 

Kabut putih yang mulai menuruni lembah
Menutupi sinar sang surya
Yang semakin redup, redup, dan redup
Hingga tak nampak lagi cahaya mentari
Yang dulu merasuk hangat di sela sela kalbu
Kabut Putih tebal menyapa
Dingin, begitu dingin
Membekukan hati 
seperti dinginya sapaan lembut sang angin
Bukan hanya memudarkan
Juga menambah Pucat
Jiwa yang dulu penuh warna
Diam, meringkuk di pojok gelap
Sendirian,
Hanya bayang bayang hitam yang mengganggu
Diramaikan dengan suara suara kesunyian
Termenung dia,, 
Disini Jiwa yang lain menatap iba
Hanya harapan yang mampu terucap
Aku melihat cahaya 
menerobos di celah celah kesendiriaannya
Berharap dia menyadari kembali bangkit menata diri


Jumat, 14 Februari 2014

Puisi Tentang Ibu, Bunda, Emak, Mama, dll

Bidadari Tanpa Sayap

14 Februari 2014 pukul 17:18
oleh : amilia buana
Seperti angin yang bertiup lembut 
Mengubah rasa gersang berlalu
Bukan hanya kasih
Menuntun kalbu berbinar ria
Tetesan air mata dengan terucap do'a
Tak pernah memudar
Meski pasir waktu terus berjalan
Bukan hanya sekedar dekapan hangat
Yang merasuk lembut disetiap relung kalbu
Cintamu,, Seberapa besarkah?
Akan kah dapat terhitung?
Rangkaian kata yang keluar dari bibir indahmu
Memasuki hati terdalam
Terserap menyadarkan jiwa yang salah
Bukan paras cantik yang kau harapkan
Tapi hanya kebahagiaan untuk anak mu
Hanya dengan dua tangan suci
Bekerja tanpa asa yang terputus 
Tak peduli apakah matahari sudah terbenam atau bersinar
Bidadari yang diturunkan Tuhan
Untuk menjaga bayi suci nan lugu
Tangisan pertamaku dulu
Membuatmu membisu menitikan butir-butir air
Bibir yang tetap akan tersenyum walau raga menahan sakit
Dan aku yang terus tumbuh
Mulai mengerti setiap keringat yang menetes dari tubuh mu
Aku tak tau bagaimana jiwa ini membalas
Tak akan pernah tulang-tulang tubuhku ini
Menyamai betapa keras pengorbananmu
Keriput di wajah yang tetap anggun
Menyiratkan Sejuta harapan
Untukku Anakmu